Berjodoh Dengan Tetanggaku Yang Berdada Montok (Matching With My Busty Neighbor) End
Awalnya hanya iseng. Sebuah aplikasi kencan baru, lokasi dinyalakan, dan swipe tanpa harapan. Tapi kemudian, profilnya muncul—senyum manis, tubuh menggoda, dan jarak yang terlalu dekat untuk kebetulan. Aku swipe kanan. Dia membalas. It’s a match.
Yang tak kusangka, wanita itu tinggal tepat di seberang lorong. Selama ini, kami hanya saling sapa saat bertemu di lift, tak pernah lebih. Tapi malam itu, percakapan kami di layar berubah jadi bisikan-bisikan panas lewat dinding tipis apartemen. Candaan menjadi godaan. Emoji berubah jadi undangan.
Pertemuan pertama? Tidak di kafe, bukan di taman. Tapi di balik pintu kamar yang tak lagi terkunci. Dan sejak malam itu, dinding-dinding di antara kami hanya jadi batas simbolis—karena yang kami bagi lebih dari sekadar alamat.
Komentar